Makalah
Sistem Ekonomi Indonesia
“Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi”

Nama : Apriana D.P. Laahana
Jurursan/Semester :
Administrasi Bisnis/III
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
bimbingan-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Makalah dengan
judul “Tahapan Pertumbuhan-Perkembangan Sistem Ekonomi Indonesia” disusun
sebagai tugas dari pada mata kuliah sistem ekonomi Indonesia.
Kami menyadari
bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran demi penyempurnaan pada penulisan ini.
Kupang,
oktober 2012
Penulis
TAHAP-TAHAP PERTUMBUHAN EKONOMI
A.
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa
dapat dilihat dengan ukuran agregat yang biasanya diukur dengan pertumbuhan
ekonomi. Meskipun bukan merupakan satu-satunya ukuran untuk menilai pertumbuhan
ekonomi output suatu bangsa namun sering digunakan sebagai tolak ukur majunya
suatu bangsa. Pendapatan nasional bukan hanya berguna untuk menilai
perkembangan ekonomi suatu negara dari waktu ke waktu, tetapi juga
membandingkan dengan negara lain. Selain itu dari pendapatan nasional
selanjutnya dapat pula diperoleh turunannya seperti pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan perkapita.
Pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya
mengalami peningkatan, salah satunya dibuktikan dengan ketergantungan
penerimaan devisa pada minyak bumi semakin berkurang dan semakin berperannya
sektor swasta. Beberapa faktor yang memungkinkan perekonomian Indonesia tumbuh
pesat sepanjang kurun pembangunan jangka panjang pertama yang lalu, antara lain
adalah keberhasilan merehabilitasi sarana dan prasarana pada masa pemulihan
1966-1968, termasuk reformasi dalam bidang perbankan dan penanaman modal.
Meskipun sempat terganjal oleh dampak resesi dunia pada awal 1980-an, namun
berkat kesigapan pemerintah meluncurkan berbagai kebijakan deregulatif berhasil
memulihkan situasi yang didukung oleh kemantapan situasi pangan.
B.
Teori
Pertumbuhan Ekonomi
Pada abad ke 19 banyak ahli ekonomi
yang menganalisis dan membahas, serta mengemukakan teori-teori tentang
pertumbuhan ekonomi, diantaranya Frederich
List, Bruno Hilder Brand, Karl Bucher dan Walt Whitman Rostow.
v Frederich
List
Beliau adalah penganut paham Laisser Faire dan berpendapat bahwa
sistem ini dapat menjamin alokasi sumber-sumber secara optimal tetapi proteksi
terhadap industri-industri tetap diperlukan. Pertumbuhan ekonomi sebenarnya
tergantung kepada peranan pemerintah, organisasi swasta, entrepreneur, dan kebudayaan
masyarakat. Pertumbuhan ekonomi hanya terjadi apabila dalam masyarakat terdapat
kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perseorangan. Menurutnya
negara-negara yang paling sedanglah
yang paling cocok untuk industri, sebab pendapatan penduduk yang sedang
merupakan pasara yang cukup, disamping sektor pertanian yang sudah efisien.
Sedangkan di daerah tropis paling
cocok untuk pertanian, karena pada umumnya jumlah penduduk sangat padat.
Pertanian belum begitu efisien dan persediaan sumber-sumber alam masih sangat
sedikit. Disini yang terpenting adalah bahwa industri atau pabrik diperlukan
untuk perkembangan ekonomi. Meskipun pada permulaannya diperlukan perlindungan.
Ia menyusun tahap-tahap pembangunan ekonomi dimulai dari fase primitif biadab,
beternak, pertanian, pabrik dan perdagangan.
v Bruno
Hilder Brand
Beliau adalah pengkritik Frederich
List, mereka mengatakan bahawa perkembangan ekonomi bukan berasal dari
sifat-sifat produksi atau konsumsinya, tetapi lebih ditekankan pada metode distribusi
yang digunakan. Ia mengemukakan 3 sistem distribusi, yaitu:
1)
Natural atau perekonomian barter
2)
Perekonomian uang
3)
Perekonomian kredit
Sayangnya Bruno Hilder Brand tidak
mengemukakan bagaimana fase-fase tersebut berkembang menuju fase berikutnya.
v Karl
Bucher
Ia berpendapat serupa denga Bruno
walaupun tidak sama. Karl mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah melalui 3
tingkat, yaitu:
1)
Produksi untuk kebutuhan sendiri
2)
Perekonomian kota, dimana pertukaran
sudh meluas
3)
Perekonomian nasional dimana peranan
pedagang-pedagang makin penting. Jadi barang-barang itu diproduksi untuk pasar
(merupakan gambaran evolusi Jerman
v Walt
Whitman Rostow
W. W. Rostow dalam bukunya “The Stages of Economic Growth”
mengemukakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap
dan setiap negara di dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu tahap dari
lima tahap pertumbuhan ekonomi tersebut yang sesuai dengan ciri-ciri perubahan
keadaan ekonomi, politik dan sosial serta transportasi suatu masyarakat tradisional
menjadi suatu masyarakat modern, tahap-tahap itu adalah:
1.
Tahap
Masyarakat Tradisional (the traditional
society)
·
Struktur fungsi produksi yang terbatas,
cara-cara produksi yang relatif primitif, dan sikap masyarakat serta cara
hidupnya yang sangat dipengaruhim oleh nilai-nilai yang dicetuskan oleh cara
pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku secara
turun temurun.
·
Tingkaat produksi perkapita dan tingkat
produktivitas pekerja masih sangat terbatas.
·
Kegiatan politik dan pemerintahan
terdapat di daerah-daerah dan dipegang oleh tuan-tuan tanah yang berkuasa.
2.
Tahap
Prasyarat Lepas Landas (the precondition
for take off)
Tahap prasyarat untuk lepas landas
adalah suatu masa transisi pada saaat masyarakat mempersiapkan dirinya, ataupun
dipersiapkan dri luar untuk mencapai pertumbuhan yan mempunyai kekuatan untuk
terus berkembang (self-sustain growth)
setelah itu pertumbuhan ekonomi akan berlaku secara otomatis. Dalam tahap ini
ia memberikan dua prasyarat yaitu:
·
Tahap prasayarat untuk lepas landas
dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Afrika yang dilakukan
dengan merubah struktru masyarakat tradisional yang sudah ada
·
Bom
Free,
yaitu prasyarat lepas landas yang dicapai oleh Amerika Serikat, Kanada,
Australia dan Selandia Baru, dengan tanpa harus merombak sistem masyarakat
tradisional yang ada, karena masyarakat negara-negara itu terdiri dari emigran
yang telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh masyarakat untuk mencapai
tahap prasyarat lepas landas.
Pembangunan ekonomi ini akan
tercapai apabila diikuti oleh perubahan-perubahan lain dalam masyarakat yaitu:
a.
Pembangunan fasilitas/prasaran umum
terutama di bidang transportasi
b.
Revolusi teknik dibidang pertanian
karena banyaknya orang-orang yang pindah ke kota-kota
c.
Perluasan impor yang dibiayai oleh hasil
produksi sumber-sumber alam yang ada
d.
Terjadinya saving, meningkatnya tingkatan pendidikan dan keterampilan, sikap
masyarakat terhadap pekembangan ilmu pnegetahuan serta sikap pengambilan resiko
dalam bekerja
e.
Munculnya kepemimpinan baru yang
mempunyai sifat nasionalisme yang reaktif, yaitu bereaksi secara positif atas
tekanan-tekanan yang datang dari negara-negara yang lebih maju.
3.
Tahap
Lepas Landas (take off)
Tahap ini merupakan tahap interval
dimana tahap masyarakat tradisional dan tahap prasyarat untuk lepas landas
telah dilewati. Pada periode ini beberapa penghalang petumbuhan dihilangkan dan
kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kemajuan ekonomi diperluas dan dikembangkan
serta mendominasi masyarakat sehingga menyebabkan efektivitas investasi dan
meningkatnya tabungan masyarakat. Ciri-cirinya yaitu:
ü Adanya
kenaikan dalam penanaman modal investasi (yang produktif dari 5% atau kurang
menjadi 10% dari Produk Nasional Bruto/NNP(Net
National Product = NNP) →NNP
= GNP –
D (penyusutan)
ü Adanya
perkembangan beberapa sektor industri dengan laju perkembangan yang tinggi
ü Adanya
suatu kerangka dasar politik, sosial dan instutisional yang akan menciptakan
(1) kenyataan yang memperluas sektor modern, (2) potensi ekonomi ekstern
sehingga menyebabkan pertumbuhan secara terus-menerus berlangsung
Sifat-sifat perubahan dari berbagai
jenis kegiatan ekonomi didalam tahap-tahap lepas landas digolongkan atas tiga
sektor pertumbuhan, yaitu:
·
Sektor pertumbuhan primer, yaitu
sektor-sektor atau kegiatan ekonomi yang menciptakan pertumbuhan yang pesat dan
menciptakan kekuatan ekspansi ke berbagai sektor dalam kegiatan perekonomian
·
Sektor pertumbuhan suplementer, yaitu
sektor yang berkembang dengan cepat sebagai akibat langsung dari perkembangan
di sektor pertumbuhan primer
·
Sektor pertumbuhan terkait yaitu sektor
atau kegiatan ekonomi yang berkembang sejalan dengan kenaikan pendapatan
penduduk dan produksi sektor pertanian.
4.
Gerakan
ke Arah Kedewasaan (the drive of maturity)
Gerakan ke arah kedewasaan
diartikan sebagai suatu periode ketika masyarakat secara efektif menerapkan
teknologi modern dalam mengelolah sebahan besar faktor-faktor produksi dan
kekayaan alamnya. Kedewasaan adalah tingkat dimana suatu industri perekonomian
menunjukan kapasitas untuk bergerak melampaui industri-industri dasar yang
telah memberikan kekuatan kepada periode take
off untuk mengabsorsir serta menerapkan secara efisien hasil perkembangan
teknologi modern. Ciri-ciri gerakan ke arah kedewasaan yaitu:
a.
Kematangan teknologi dimana struktur dan
keahlian tenaga kerja mengalami perubahan
b.
Sifat kepemimpinan dalam perusahaan
mengalami perubahan
c.
Masyarakat serta keseluruhan merasa
bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh industrialisasi, karena berlakunya
hukum kegunaan batas semakin berkurang.
5.
Masa
Konsumsi Tinggi (The age of high mass
comsumption)
Pada masa ini perhatian masyarakat
mengarah kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan
kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah produksi, dimana lebih
bergerak kepada barang-barang yang tahan lama serta jasa-jasa. Pada periode ini
terdapat tiga macam tujuan masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber daya yang
tersedia dan dukungan politisi yaitu:
a.
Memperbesar kekuasaan dan pengaruh
negara tersebut ke luar negri dan kecenderungan ini dapat berakhir pada
penaklukan atas negara-negara lain
b.
Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada
pendukungnya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang
lebih merata melalui sistem perpajakan yang progresif
c.
Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat
di atas konsumsi dasar yang sederhana atas makanan.
Tahapan pembangunan yang
digambarkan oleh Rostow adalah sistem pentahapan dimana suatu tahapan tidak
mungkin terjadi tanpa melalui tahapan yang lain. Artinya tahapan kedua tidak
mungkin terjadi tanpa tahapan pertama, tahap ketiga tidak akan terjadi tanpa
tahap kedua, dan seterusnya. Namun kenyataannya ada negara yang tidak pernah
melewati tahap pertama dari teori pertumbuhan eknomi Rostow, tetapi langsung ke
tahap kedua, misalnya Amerika Seirkat dan Australia karena penduduknya adalah
orang-orang Eropa yang kemudian mentransfer ilmu pengetahuan ke benua tersebut.
v Simon
Kuznets
Teorinya muncul atas kritikan
terhadap teori Rostow, yaitu: “bagaimana mungkin suatu desain sederhana dapat
menjadi suatu rangkuman deskriptif atau klasifikasi analitif dari suatu
perubahan historis yang beragam dan berfariasi?”. Kuznets juga mencatat
kemiripan dan perbedaan teori Rostow dengan tori Karl Marx. Kesamaan teori
Rostow dan Marx antara lain:
1.
Kedua teori menginterpretasikan evolusi
sosial khususnya sektor ekonomi
2.
Kedua ekonomi tersebut telah mencoba
mengeksploitasi permasalahan dan konsekuensi dari pembangunan sosial yang
dilakukan
3.
Keduanya menyadari bahwa perubahan
sistem ekonomi pada dasarnya merupakan konsekuensi logis dari perubahan yang
terjadi di bidang politik, sosial dan kebudayaan.
C.
Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
Indonesia telah memperoleh banyak
pengalaman politik dan ekonomi sejak kemerdekaan sampai sekarang, peralihan
dari masa orde lama ke orde baru ini memberikan iklim politik yang dinamis,
apalagi ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan, berikut
merupakan penjelasannya
1.
Masa
Orde Lama (1945 – 1966)
Pada masa ini perekonomian
berkembang kurang menggembirakan, sebagai dampak ketidakstabilan kehidupan
politik dan seringnya pergantian kabinet. Pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan yang sangat drastis sebesar 5%, dari 6,9% hingga 1,9%, sementara itu
defisit anggaran belanja pemerintah terus meningkat dari tahun ke tahun dalam
membiayai pencetakan uang baru, sehingga tingkat harga terus membumbung dan
mencapai puncaknya pada tahun 1966.
Perilaku
kenaikan harga secara agresif sudah terlihat dari tahun 1955, ketika itu laju
inflasi naik 33% dan terus meningkat bahkan pada akhir kekuasaan orde lama laju
inflasi mencapai 650%.
2.
Masa
Orde Baru (1966 - 1997)
Pada masa peralihan orde lama ke
orde baru, ditandai dengan kondisi perekonomian yang tidak menentu, antara lain:
· Ketidakmampuan
pemerintah untuk memenuhi kewajiban utang luar negeri kurang lebih sebesar US $
2 miliar
· Penerimaan
devisa ekspor hanya setengah dari pegeluaran untuk impor barang dan jasa
· Ketidakmampuan
pemerintah mengendalikan anggaran belanja dan memungut pajak
· Percepatan
laju inflasi mencapai 30 – 40 % perbulan
· Buruknya
kondisi prasarana perekonomian serta penurunan kapasitas produksi sektor
industri dan ekspor
Menghadapi keadaan perekonomian
yang demikian pemerintah menetapkan beberapa langkah prioritas kebijakan
ekonomi yaitu dengan (1) memerangi inflasi, (2) mencukupkan stok cadangan bahan
pangan, (3) merehabilitasi prasarana perekonomian, (4) meningkatkan ekspor, (5)
menciptakan dan menyediakan lapangan kerja, (6) mengundang kembali investor
asing. Selain itu pemerintah juga membuat program-program untuk memperbaiki
keadaan perekonomian baik program yang bersifat jangka pendek maupun yang
bersifat jangka panjang.
Pelaksanaan pembangunan senantiasa
diarahkan pada pencapaian tiga sasaran pembangunan yang dikenal dengan sebutan “Trilogi Pembangunan” yang meliputi
stabilitas perekonomian, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil
pembangunan. Awalnya tindakan ini berhasil, hal ini ditandai dengan pencanangan
era pembangunan ekonomi tinggal landas dimana sektor pertanian yang semula memberikan sumbangan terbesar
terhadap PDB digantikan oleh sektor idustri pengolahan. Sayangnya industri ini
malah lebih banyak bergerak pada substitusi impor sehingga bahan baku penolong
dipasok ke negara lain dan pengolahan industri ini dianggap menjadi penghambur
devisa padahal semula diandalkan sebagai penghasil devisa.
Hal ini mengakibatkan kemerosotan
ekonomi dimana adanya ketergantungan yang sangat tinggi terhadap input import
sehingga terjadilah defisit transaksi terhadap neraca berjalan. Selain itu
industri substitusi impor ini telah membawa perekonomian Indonesia menjadi
rentan terhadap perubahan kurs mata uang dan tingkat suku bunga uang luar
negeri. Apa yang terjadi pada tahap ini adalah sama dengan tahap ktiga dari
Rostow yaitu tahap lepas landas namun kita terpeleset dan perekonomian kita
terpuruk karena ternyata dasar fundamental ekonomi makro kita tidak kuat.
3.
Masa
Reformasi (1998 - Sekarang)
Pada masa reformasi ini
perekonomian Indonesia ditandai denga krisis
moneter yang berlanjut menadi krisis ekonomi yang sampai saat ini belim
menunjukan tanda-tanda ke arah pemulihan. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi,
namun laju inflasi masih cukup tinggi, sehingga dikatakan negatif karena sama
sekali tidak mengalami pertumbuhan malah semakin menurun.
Tahun 1999 laju pertumbuhan ekonomi
di Indonesia diperkirakan telah menjadi positif hal ini ditunjukan berdasarkan
perhitungan PDB dan juga perkapita income dan dollar. Jadi untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi harus ada koordinasi dan pendekatan konsentrasi antar
institusi pemerintah.
D.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari permasalahn kesenjangan dalam
pengelolaan perekonomian, dimana para pemilil modal besar selalu mendapatkan
kesemptan yang lebih luas dibandingkan dengan para pengusaha kecil dan menengah
yang serba kekurangan modal. Disamping itu akses untuk mendapatkan bantuan
modal ke perbankan juga lebih memihak kepada para pengusaha besar dibandingkan
dengan pengusaha ekonomi lemah.
Disamping itu pertumbuhan ekonomi dan
perdagangan internasional juga memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. ketidakpastian perekonomian dan perdagangan dunia yang
semakn meningkat meyebabkan kemungkinan-kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang
kurang menggembirakan bagi bangsa Indonesia. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum adalah:
Ø Faktor
produksi, yaitu harus mampu memanfaatkan tenaga kerja yang ada, dan penggunaan
bahan baku industri dalam negeri semakin mahal
Ø Faktor
investasi, yaitu dengan membuat kebijakan investasi yang tidak rumit dan
berpihak pada dasar
Ø Faktor
perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran, harus surplus sehinga mampu
meningkatkan cadangan devisa dan menstabilakan nilai rupiah
Ø Faktor
kebijakan moneter dan inflasi, yaitu kebijakan terhadap nilai tukar rupiah dan
tingkat suku bunga ini juga harus antisipatif dan dapat diterima pasar
Ø Faktor
keuangan negara, yaitu berupa kebijakan fiskal yang konstruktif dan mampu
membiayai pengeluaran pemerintah (tidak defisit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar