Kata Pengantar
Puji dan syukur
kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas penyertaan-Nya sehingga
kelompok dapat menyelesaikan makalah Sistem Ekonomi Indonesia “Masalah Pertanian dan Pangan” dengan
baik.
Tak lupa juga
penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada dosen pengasuh mata kuliah yang
selalu membimbing dan mengarahkan dalam proses pembuatan makalah ini hingga
selesai, dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu saran dan kritik dari para pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan
penulisan berikutnya. Atas perhatiannya diucapkan terimakasih
Kupang, Oktober
2012
Penulis
Bab. I
Pendahuluan
1.1. Latar
Belakang
Pembangunan di bidang pertanian adalah suatu hal
yang tidak dapat di tawar-tawar lagi, karena sebagian besar masyarakat
Indonesia mengkonsumsi beras dan bekerja di sektor pertanian. Kebijakan
pembangunan di sektor pertanian ini sebenarnya sudah dimulai Plan Mengatur
Ekonomi yang diketuai Wakil Presiden Mohamman Hatta, sampai Program Pembangunan
Nasional (PROPENAS) pada era reformasi saat ini.
Pada rencana Kasimo misalnya, hal yang menjadi
prioritas adalah penyediaan pangan. Dalam rencana Kasimo ini yang menjadi
tujuan utamanya adalah bagaimana memecahkan persoalan untuk mencapai
sawasembada pangan. Menurut rencana Kasimo, swasembada pangan dapat dilakukan
melalui intensifikasi dengan menggunakan bibit unggul, maupuin dengan usaha
ekstensifikasi yaitu dengan memanfaatkan lahan-lahan tidur yang masih banyak di
luar pulau Jawa.
Jadi penjelasan akan seputar berbagai kebijakan di
bidang pangan yang meliputi panca usaha tani dan pentingnya swasembada pangan
dalam pembangunan, serta peranan Bulog sebagai penyangga stabilitaas pangan di
Indonesia.
1.2. Tujuan
Ø
Pembaca
dapat mengetahui kebijakan pemerintah di bidang pertanian dan pangan
Ø
Pembaca
dapat memahami pentingnya swasembada pangan dalam pembangunan
Ø
Pembaca
dapat memahami tentang panac usaha tani dan swasembada pangan (beras)
Ø
Pembaca
dapat mengetahui tentang peranan Badan Urusan Logistik
Ø
Pembaca
dapat memahami pentingnya tanaman industri sebagai pendukung sektor pertanian.
Bab. II
Pembahasan
A. Kebijakan
Pangan
Kebijakan di bidang pangan pada awal masaa oorde
baru, seperti diungkapkan pada Pelita I memberi tekanan pada bidang industri
dan konsumsi beras. Pada waktu itu kebijakan beras identik dengan kebijakan
pangan. Alat-alat kebijakan yang digunakan tidak jauh berbeda dengan alat-alat
kebijakan pada masa sebelumnya. Perbedaannya terletak pada perencanaan yang
lebih baik, keahlian yang makin mantap dan konsistensi dalam pelaksanaan
alat-alat kebijakan tersebut.
Pada tahun 1970-an setelah mngalami pertumbuhan
perekonomian yang pesat, Indonesia dihadapkan pada pilihan sulit pada kebijakan
pangan, sebagai konsekuensi keberhasilan kebijakan beras dan pembangunan
ekonomi. Pada Pelita III kebijakan swsembada beras diganti dengan kebijakan
yang lebih luas yaitu swasmbada di bidang pangan.
Hasil yang dicapai pada akhir tahun 1976 adalah
kenaikan produksi pangan, terutama penghasilan perhektar dan pemasarannya.
Penggunaan teknologi dan bibit unggul yang mengakibatkan peningkatan produksi
padi telah menimbulkan harapan baru akan tercapainya swasembada beras (swasembada
beras dicapai pada tahun 1984). Setelah tercapai swasembada beras dan laju
produksi yang semakin lambat, maka pada Pelita III tujuan swasembada beras
diganti dengan tujuan swasembada pangan, dengan sasaran utama daerah pertanian
di luar pulau Jawa. Perubahan strategi ini memerlukan perubahan-perubahan
sasaran di bidang penelitian pangan, pola konsumsi dan sistem pemasaran.
B. Swasembada
Pangan dalam Pembangunan
Pada PJP I sektor pertanian merupakan prioritas
pembanguna ekonomi. Pertumbuhannya mencapai 3,6 % pertahun. Kemajuanmenonjol
pada PJP I adalah swasembada beras pada tahun 1984. Samapai pada tahun 1990
sektor pertanian sebagai penyumbang utama PDB (Product Domestik Bruto). Namun sesudah itu posisinya digantikan
oleh sektor industri pengolahan. Hal ini sangat memprihatinkan, bukan karena
sektor perta ian tidak berkembang, melainkan besarnya proporsi tenaga kerja
yang bekerja pada sektor tersebut.
Sampai pada tahun 1999 sektor pertanian menyerap
hampir separuh tenaga kerja yang ada. Hal ini berarti ada pnurunan dibandingkan
dengan tahun 1992 yang mencapai separuh lebih. Ddisamping itu kualitas sumber
daya manusia yang bekerja di sektor pertanian relatif rendah, sehingga
produktifitasnya rendah. Dengan demikian pendataannya juga rendah. Samapai
dengan tahun 1999 sektor pertanian menyumbang tenaga kerja 38,4 juta (43,2 %)
atau turun 10,6 % dibandingkan dengan tahun 1992 (53,60 %).
Sedangkan sumbangan dalam pembentukan PDB menurut
harga yang berlaku sebesar 19,5 %, berarti setiap 1 % tenaga kerja hanya
menyumbang sekitar 0,36 % PDB. Sedangkan pada negara-negara maju (G-7) sektor
pertanian hanya menyerap 2 % tenaga kerja tetapi dapat menyumbang 3 % PDB. Hal
ini berarti setiap 1 % tenaga kerja di bidang pertanian dapat menyumbang 1,5 %
PDB atau dua kali lipat dari produktivvitas tenaga kerja pertanian kita
(Indonesia).
Selain mampu menyumbang PDB dan penerapan tenaga
kerja, swasembada pangan juga mendorong pertumbuhan industri di luar sektor
pertanian yanitu sebagai penopang penyediaan bahan baku industri (bahan
mentah). Disamping itu juga kesejahteraan petani yang meningkat, dengan
demikian permintaan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan hidup juga semakin
meningkat. Termasuk kebutuhan alat-alat untuk industri pertanian sampai
kebutuhan rumah tangga lainnya. Disamping hal-hal tersebut diatas, swasembada
pangan sangat penting untuk menghadapi terjadinya krisis ekonommi dunia. Dan
disisi lain karena kebutuhan akan pangan terpenuhi maka kualitas gizi
masyarakat menjadi lebih baik. Yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
dan stabilitas ekonomi nasional.
C. Panca
Usaha Tani
Kebijakan pangan pada masa orde lama, dilaksanakan
dengan istilah Program Kesejahteraan Nasional (1952) yang bertujuan mencapai
swasembada beras sebelum tahun 1956 yaitu dengan pendekatan penyuluhan dan
percontohan. Pendekatan ini mendekati penyuluhan pemerintah Hindia Belanda,
yang disebut oleh-oleh yang bertujuan menyebarluaskan cara-cara bertani yang lebih
baik. Sedangkan program Bimas (bimbingan masyarakat) mencakup dan
menyempurnakan pendekatan penyuluhan dan percontohan ini.
Prgram ini dimulai pada tahun 1963, yaitu berupa
program penyuluhan yang dilakukan para mahasiswa Fakultas Pertanian UI
(kemudian menjadi IPB Bogor), sebagai inspirasi berkembangnya program
bimas.program ini memberikan kerangka organisasi prorgam intensifikasi produksi
padi yang dilaksanakan secara besar-besaran selama 10 tahun pertama Orde Baru. Pada
tahun 1964, program Bimas diperluas dan menjadi terkenal dengan semboyan Panca
Usaha Tani, yaitu lima cara kearah usaha tani yang baik. Kelima cara tersebut adalah:
a)
Penggunaan dan pengendalian air yang
lebih baik
b)
Penggunaan bibit pilihan (bibit unggul)
c)
Penggunaan pupuk dan pestisida yang
seimbang
d)
Cara bercocok tanam yang baik
e)
Koperasi yang kuat
Pengalaman-pengalaman masa lampau banyak memebrikana
pelajaran kepada kita mengenai cara-cara meningkatkan produksi beras. Kemudia
cara-cara ini diambil alih untuk dikembangkan dan disempurnakan oleh pemerintah
orde baru. Dan semboyan Panca Usaha Tani tetap menjadi pegangan kebijakan
selama pemerintahan orde baru.
D. Peranan
Badan Urusan Logistik (BULOG)
Masa depresi pada tahun 1920-an merupakan awal
kebijakan pengendalian langsung harga beras. Pada awal tahun 1933, impor beras
dibatasi dengan cara lisensi dan harga-harga diawasi langsung oleh pemerintah.
Pemerintah Hindia Belanda berusaha menggalakan perdagangan beras antar pulau
dan antar propinsi dengan tujuan agar daerah-daerah yang kekurangan beras
diluar Jawa memperoleh tambahan beras dari daerah-daerah surplus seperti Jawa,
Bali, dan Sulawesi Selatan.
Kebijakan baru ini kemudia berkembang kearah
pengawasan langsung ke perusahaan penggilingan beras agar tidak mengakibatkan
hal-hal yang mengakibatkan goyahnya harga beras lokal. Menjelang tahun 1939
makin terasa perlunya dibentuk suatu badan pemerintah khusus untuk melaksanakan
dan mengawasi kebijkkana pemrintah yang begitu luas dalam pemasaraan beras.
Maka pada awal bulan April 1939 dibentuklah Stitching
Het Voedings Midlenfods (VMH). Badan ini merupakan cikal-bakal dari Bulog,
yang merupakan badan pengendalian di bidang pangan yang sanagt penting pada
masa pemerintahan Orde Baru.
Pandangan pemerintah Belanda (juga menjadi pandangan
berbagai rezim pemerintahan di Indonesia setelah merdeka) bahwa masalah beras
sangat penting dan memerlukan pengaturan khusus dari pemerintahan. Pada tahun
1966 (awal Orde Baru) dibentuk Kolognas, yaitu suatu badan yang ditugasi
menangani masalah logistik ditribusi barang-barang kebutuhn pokok, dan tugas
tambahan menyalurkan dana kepada peserta Bimas melalui Gubernur dan Bupati.
Selama tahun 1966 harga beras naik 300 %, tetapi
dengan makin mantapnya pemerintahan Orde Baru, maka Kolognas dibubarkan pada
tahun 1967 diganti dengan BULOG (Badan Urusan Logistik) yang ditugasi mengelola
persediaan pangan dan bertanggung jawab kepada presiden. Kebijakan pangan,
khususnya terhadap padi/beras merupakan salah satu unsur penting dalam stuktur
anggaran pemerintah. Kebijakan tersebut antara lain meliputi pemberian subsidi atas harga pupuk,
penyediaan kredit, penetapan harga gabah, serta berbagai mekanisme kelmbagaan.
Untuk pengadaan dan pengendalian pangan ini
pemerintah menyerahkan pengelolaannya kepada Bulog. Badan ini juga menangani
urusan distribusinya, termasuk melakukan operasi pasar jika terdapat
kecenderungan harga beras/padi tidak stabil. Bulog tidak hanya menangani beras,
tetapi juga berbagai bahan kebutuhan pokok seperti gula, terigu, minyak goreng,
dan lain-lain (sembilan bahan pokok).
Tugas utama Bulog pada dasarnya dalah menjamin harga
pembelian gabah pada tingkat produsen agar tidak jatuh dibawah hargaa yang di
tetapkan. Dalam pengendalian beras, Bulog bekerjasama dengan KUD untuk membeli
gabah dari petani produsen. Disisi lain KUD mempunyai peran sebagai penyalur
benih padi (bekerjasama dengan PT. Sang Hyang Seri), pupuk dan obat-obatan (pestisida).
Seiring dengan berjalannya waktu maka peranan Bulog mengalami pergeseran pada
masa krisis ekonomi (1997) sampai sekarang. Dimana selama ini BULOG memegang
monopoli dalam pengadaan dan pengendalian pangan, khususnya sembilan bahan
pokok, perannya dikurangi.
Sekarang peran BULOG hanya mengelola hasil pertanian
beras saja, dan bahkan kelembagaan BULOG mengalami perubahan, yang tadinya
merupakan badan penyangga pangan, kemudian berubah menjadi Lembaga Pemerintah
Non Departemen pada tahun 2003 ini diubah lagi menjadi perusahaan umum (perum)
yang usahanya khusus menangani pengadaan pangan.
E. Tanaman
Industri
Tanaman industri merupakan pendukung utama sektor
pertanian dalam menghasilkan devisa. Ekspor komoditas pertanian Indonesia
adalah hasil-hasil perkebunan. Hasil-hasil perkebunan yang selama ini menjadi
komoditas ekspor komersial terdiri dari karet, kelapa sawit, teh, kopi dan
tembakau. Dan masih banyak lagi hasil tanaman perkebunan yang diekspor, namun
jumlahnya relatif kecil. Penghasil devisa utama dari subsektor perkebunan adlah
karet, kopi, kakao, dan cengkeh.
Pengembangan tanaman indutri dilaksanankan dengan
empat pola pada pengembangannya yaitu:
1.
Pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR)
Pola PIR dimaksudkan untuk mewujudkan keterpaduan
usaha antara perkebunana rakyat sebaga plasma dn perkkebunan besar sebagai
inti, dalam suatu sistem pengelolaan yang menangani seluruh rangkaian kegiatan
agribisnis. Pelaksanaannya dilakukan dengan memanfaatkan perkebunan besar untuk
mengembangkan perkebunan rakyat pada areal bukaan baru.
2.
Pola Unit Pelayanan Pengembangan (UPP)
Pola UPP adalah pengembangan dengan pendekatan
terkonsentrasi pada lokasi tertentu yang menangani keseluruhan rangkaian proses
agribisnis. Pelaksanaan pola UPP ini ditempuh melalui pengembangn perkebunan
yang sudah ada.
3.
Pola Swadaya
Pola ini ditujukan untuk mengembangkan swadaya
masyarakat petani perkebunan yang sudah ada diluar wilayah kerja PIR dan UPP.
4.
Pola Perusahaan Perkebunan Besar
Pola perkebunan besar ini diarahkan untuk
meningkatkan peranan pengusaha besar, berupa BUMN/BUMD, perusahaan swasta
nasional maupun swasta asing.
Bab. III
Penutup
Ø
Kesimpulan
Peningkatan produksi tanaman pangan diupayakan
melalui peningkatan produkvitas lahan serta perbaikan efisiensi pengelolaan.
Sasaran utamanya adalah peningkatan produksi tanaman industri rakyat karena
produktivitas dan hasilnya masih rendah padahal sebagian besar tanaman industri
berasal dari perkebunan rakyat. Untuk menunjang kenaikan tanaman industri
dibangun unit-unit pelayanan pengembangan (UPP). Unit-unit ini memberikan
pembinaan dalam hal teknik agronomi; membantu pembiayaan, pemasaran, dan
pengembangan fasilitas pengolahannya. Sementara itu usaha ekstensifikasi
tanaman industri dilaksanakan melalui pola PIR, dimana perusahaan inti bertugas
membina plasma-plasmanya dalam hal teknik agronomi, pengolahan dan pemasaran
hasil produksinya.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut